top of page

Aku Rindu, Nek!

  • poppyfadhilah1
  • Sep 25, 2020
  • 2 min read

Updated: Oct 6, 2020

Straw hats

Foto : Dokumentasi Pribadi


Sosok nenek adalah salah satu figur spesial bagi setiap orang. Namun, tidak semua orang dapat bertemu dengan neneknya. Hanya beberapa orang yang beruntung saja dapat bertemu dengannya. Salah satunya aku.


Nenekku pandai bercerita, seperti aku. Kami sering bertukar cerita kehidupan. Nenekku lahir pada tahun 1930. Dia sering menceritakan hidupnya yang lahir di zaman penjajahan. Memilukan sekali ceritanya. Kegiatan bertukar cerita dengannya sangat menyenangkan, sayangnya kita tidak bisa sering bertemu.

Kegiatan mudik menjadi satu-satunya kesempatanku untuk bertemu dengan keluarga besar di kampung halaman. Melepas rindu yang sudah dibendung bertahun-tahun. Orang tuaku adalah perantau. Aku sendiri lahir dan besar di ibu kota.

Kampung halamanku jauh dari Jakarta. Sekitar 1.315 km jarak antara Jakarta dan Sulit Air, Sumatera Barat. Butuh uang yang tidak sedikit untuk pulang. Untuk itu, urusan mudik sendiri tidak mampu kulakukan setiap tahun.


Aku lahir dari keluarga yang kecil, sederhana, dan penuh gelak tawa. Aku adalah anak tunggal. Hidup sebagai anak tunggal bukanlah suatu perkara yang selalu menyenangkan seperti kata orang. Kesepian tanpa saudara kandung kadang menjadi tamparan yang cukup menyedihkan.


Berkat nenekku yang memiliki banyak anak, aku jadi punya banyak sepupu. Nenek yang lahir pada tahun 1930, mempunyai 10 orang anak, 3 laki – laki dan 4 perempuan. Namun, 3 orang sudah meninggal dunia. Uniknya, dia memiliki 2 pasang anak kembar. Salah satunya ibuku.


Nenekku bernama Nuraini. Seorang perempuan yang sudah mulai pikun itu selalu kurindukan. Mata birunya yang jernih penuh cinta serta tangan kecil penuh keriput menjadi tempat yang hangat untuk berlabuh. Nenekku juga sangat suka mendengar aku bercerita. Dia selalu memberikan perhatian penuh dan membuatku menjadi lebih tenang. “Sudah, tidak apa! Sini nenek peluk!” katanya untuk memenangkanku.


Aku teringat sewaktu kecil pernah merengek minta dibuatkan kue sapik oleh nenek. Apa daya nenekku juga sudah tidak kuat. Tapi aku tetap memaksanya untuk membuat kue itu. Maaf ya, Nek!

Nenek sangat senang mengaji. Walaupun umurnya sudah senja, dia tidak membutuhkan kacamata plus seperti orang tua kebanyakan. Suara mengajinya pun sangat merdu didengar. Membuat hati siapa saja yang mendengarnya ikut tentram. Itulah salah satu alasan aku selalu rindu padanya.

Dia sangat pandai memasak. Rendang buatan nenekku sangat istimewa. Rendang hitam yang dimasak berjam-jam di atas tungku kayu bakar. Selain rasanya yang sangat enak, rendang buatannya dapat awet berminggu-minggu. Rendang jenis ini sangat sulit ditemukan, apalagi di Jakarta. Sulit rasanya jika aku tiba-tiba rindu masakannya.


Nenek dirawat oleh adik ibuku yang tinggal di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Jalan pagi menjadi hobi yang sangat disukainya. Berkat itu, nenekku selalu sehat. Selain itu, nenek sangat suka makanan ringan, seperti biskuit dan kerupuk. Walaupun sudah tidak punya gigi, nenekku tetap menyukainya.


Semoga nenek selalu sehat dan panjang umur. Terima kasih atas pelajaran-pelajaran hidup yang sangat berharga dari nenek. Ceritamu, tatapanmu, pelukanmu, hingga suara mengajimu yang selalu membuat hatiku rindu. Aku selalu berharap bisa menghabiskan lebih banyak lagi waktu bersamamu. Dengan ini, kukirimkan salam rindu dari cucumu yang jauh di rantau.



Baca juga #feature lainnya :

13 Comments


zahraauyu
Oct 30, 2020

ceritanya menyentuh, keren author

Like

zahraauyu
Oct 30, 2020

Kangen nenek, semoga nenek sehat-sehat aja di kampung

Like

bellawidya
Oct 29, 2020

Ceritanya sangat menyentuh

Like

bellawidya
Oct 29, 2020

Di komen banyak yang tidak bisa bertemu neneknya, untunglah saya masih bisa bertemu dan memeluk nenek saya..

Like

susanajaya
Oct 29, 2020

Menyentuh ceritanya

Like

© September 2020 by Poppy Fadhilah

bottom of page